Duduk

Gaya hidup yang tidak banyak bergerak semakin diakui sebagai ancaman signifikan terhadap kesehatan secara keseluruhan, khususnya kesehatan kardiovaskular. Penelitian terkini menunjukkan bahwa duduk lebih dari 10 jam setiap hari dapat meningkatkan risiko gagal jantung dan kematian terkait kardiovaskular, bahkan di antara individu yang melakukan aktivitas fisik dalam jumlah yang disarankan. Temuan tersebut menyoroti kebutuhan mendesak untuk menangani perilaku tidak banyak bergerak sebagai prioritas kesehatan masyarakat.

Duduk dalam Waktu Lama dan Risiko Kesehatan Jantung


Duduk dalam waktu lama telah lama dikaitkan dengan berbagai risiko kesehatan, termasuk gagal jantung, serangan jantung, dan stroke. Dr. Shaan Khurshid, seorang ahli elektrofisiologi jantung di Rumah Sakit Umum Massachusetts, menekankan pentingnya memahami hubungan antara duduk dalam waktu lama dan hasil kardiovaskular.

“Kebanyakan orang menghabiskan sebagian besar hari mereka—sekitar 10 jam—untuk duduk,” kata Dr. Khurshid. “Memahami bagaimana perilaku tidak banyak bergerak memengaruhi kesehatan, dan apakah efek ini dapat dikurangi dengan aktivitas fisik, sangatlah penting.”

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of the American College of Cardiology (JACC), para peneliti menganalisis dampak duduk dalam waktu lama pada hampir 90.000 peserta dari UK Biobank. Temuan tersebut mengungkapkan bahwa duduk selama 10,6 jam atau lebih setiap hari secara signifikan terkait dengan peningkatan risiko gagal jantung dan kematian terkait kardiovaskular, bahkan di antara individu yang memenuhi pedoman aktivitas fisik mingguan selama 150 menit aktivitas fisik sedang hingga berat (MVPA).

Artikel Lainnya : Apakah Kopi Baik Untuk Kesehatan Jantung?

Temuan Utama: Ambang Batas 10,6 Jam


Penelitian tersebut mengidentifikasi ambang batas risiko yang krusial: 10,6 jam duduk setiap hari. Peserta yang melampaui batas ini menunjukkan peningkatan substansial dalam kemungkinan gagal jantung dan kematian kardiovaskular. Namun, risiko untuk kondisi seperti fibrilasi atrium dan serangan jantung meningkat terus menerus dari waktu ke waktu tanpa ambang batas yang jelas.

“Untuk gagal jantung dan kematian kardiovaskular, tampaknya ada titik balik pada ambang batas 10,6 jam,” jelas Dr. Khurshid. “Hal ini menunjukkan bahwa mengurangi perilaku tidak banyak bergerak di bawah level ini dapat sangat bermanfaat untuk mengurangi risiko.”

Studi yang dipresentasikan di American Heart Association’s Scientific Sessions 2024 ini menggunakan akselerometer yang dikenakan di pergelangan tangan untuk melacak pergerakan peserta selama periode tujuh hari. Setelah tindak lanjut selama delapan tahun, para peneliti melaporkan bahwa sekitar:

5% peserta mengalami fibrilasi atrium,
2,1% mengalami gagal jantung,
2% mengalami serangan jantung, dan
1% meninggal karena penyebab kardiovaskular.

Peran Aktivitas Fisik


Aktivitas fisik telah lama disebut-sebut sebagai faktor perlindungan terhadap penyakit kardiovaskular. Memenuhi 150 menit MVPA yang direkomendasikan per minggu telah terbukti mengurangi risiko yang terkait dengan fibrilasi atrium dan serangan jantung. Namun, studi tersebut menemukan bahwa bahkan tingkat latihan ini tidak dapat sepenuhnya menangkal efek negatif dari duduk terlalu lama terkait dengan gagal jantung dan kematian kardiovaskular.

“Meskipun MVPA yang cukup dapat mengimbangi beberapa risiko yang terkait dengan perilaku tidak banyak bergerak, hal itu tidak dapat sepenuhnya menghilangkan risiko yang terkait dengan gagal jantung dan kematian kardiovaskular,” kata Dr. Khurshid. Hal ini menggarisbawahi pentingnya mengatasi perilaku sedenter secara langsung, selain mempromosikan aktivitas fisik secara teratur.

Implikasi untuk Pekerjaan di Meja dan Gaya Hidup Sedenter


Temuan penelitian ini memiliki implikasi yang signifikan bagi individu dengan pekerjaan atau gaya hidup sedenter. Dr. Khurshid merekomendasikan untuk memasukkan gerakan sepanjang hari untuk mengurangi waktu duduk. Strategi yang dapat dilakukan termasuk menggunakan meja berdiri, mengambil jeda berjalan secara teratur, dan meminimalkan periode tidak aktif yang berkepanjangan.

“Saran kami adalah mencoba dan memasukkan gerakan ke dalam rutinitas harian Anda,” katanya. “Bahkan perubahan kecil, seperti mengurangi waktu sedenter pada beberapa hari, dapat memiliki efek positif kumulatif.”

Pandangan Pakar: Melampaui Olahraga


Dr. Christopher Berg, seorang ahli jantung di MemorialCare Heart and Vascular Institute, menekankan keterbatasan olahraga saja dalam menangkal dampak gaya hidup yang tidak banyak bergerak.

“Meskipun olahraga sangat bermanfaat, penelitian ini menegaskan bahwa olahraga tidak dapat sepenuhnya meniadakan risiko yang terkait dengan duduk terlalu lama,” kata Dr. Berg. Ia menambahkan bahwa mengalokasikan kembali waktu tidak banyak bergerak ke aktivitas ringan atau sedang dapat secara signifikan mengurangi risiko kardiovaskular.

Dr. Berg juga menyoroti pentingnya “camilan aktivitas,” gerakan singkat yang berlangsung selama 30 detik hingga lima menit. Aktivitas ini—seperti menaiki tangga atau melakukan serangkaian push-up cepat—dapat memberikan manfaat kesehatan langsung dan membantu memecah periode duduk yang lama.

Tips Praktis untuk Mengurangi Perilaku Tidak Banyak Bergerak


Bagi mereka yang memiliki pekerjaan kantoran atau rutinitas yang tidak banyak bergerak, menerapkan perubahan kecil namun konsisten dapat menjadi transformatif. Para ahli merekomendasikan:

Mengambil Jeda Gerakan: Setel alarm atau gunakan perangkat yang dapat dikenakan untuk mengingatkan Anda untuk berdiri dan bergerak setiap jam.

Menggunakan Meja Berdiri: Bergantian antara duduk dan berdiri sepanjang hari. Melibatkan Aktivitas Ringan: Berjalan-jalanlah saat menelepon atau berjalan kaki sebentar saat istirahat.

Memaksimalkan Langkah Harian: Parkirlah lebih jauh, naik tangga, atau lakukan aktivitas seperti berkebun atau pekerjaan rumah tangga.

Baca Juga : Makanan Populer di Malang