pola makan

Apa Itu Inflammatory Bowel Disease (IBD)?

Pola Makan: Inflammatory Bowel Disease (IBD) adalah istilah umum yang mencakup berbagai kondisi peradangan pada usus, termasuk penyakit Crohn dan kolitis ulserativa. Penyakit ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang sel-sel dalam usus, menyebabkan peradangan dan gejala seperti nyeri, perubahan pola buang air besar, serta penurunan berat badan.

Meskipun tidak ada obat yang benar-benar menyembuhkan IBD, banyak penderita yang berhasil meredakan gejala mereka dengan melakukan perubahan cara makan. Menghindari makanan tertentu dan mengonsumsi makanan sehat lainnya dapat membantu mengendalikan kondisi ini.

Kini, sebuah studi terbaru menemukan bahwa pola makan berbasis tumbuhan yang kaya akan nutrisi dapat mengurangi risiko terkena IBD serta menurunkan kebutuhan akan tindakan bedah bagi mereka yang telah didiagnosis dengan penyakit ini.

Prevalensi IBD di Seluruh Dunia

Pada tahun 2019, sekitar 5 juta orang di seluruh dunia hidup dengan IBD. Penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita dan biasanya didiagnosis sebelum usia 30 tahun.

Dua jenis utama IBD adalah:

  1. Kolitis Ulserativa – menyebabkan peradangan di usus besar, terutama di bagian kolon.
  2. Penyakit Crohn – dapat mempengaruhi bagian mana pun dari saluran pencernaan, tetapi paling sering terjadi di ujung usus kecil dan usus besar.

Kedua jenis penyakit ini menyebabkan gejala yang mirip, seperti nyeri perut, diare, kelelahan, mual, penurunan berat badan, hilangnya nafsu makan, perdarahan usus, dan anemia. Gejalanya cenderung kambuh dalam periode tertentu sebelum memasuki masa remisi.

Peran Pola Makan dalam Mencegah dan Mengatasi IBD

Perubahan cara makan dapat membantu mengontrol gejala IBD pada beberapa orang. Beberapa strategi diet yang mungkin bermanfaat meliputi:

  • Mencatat pola makan untuk mengetahui makanan yang memicu gejala.
  • Mengurangi konsumsi produk susu.
  • Membatasi lemak tidak sehat dan meningkatkan asupan lemak omega-3.
  • Menghindari makanan pedas, kafein, dan alkohol.
  • Mengurangi makanan tinggi serat, terutama jika usus mengalami penyempitan.
  • Makan dalam porsi kecil lebih sering, dibandingkan dengan porsi besar.
  • Mengonsumsi cukup air.
  • Mengonsumsi suplemen vitamin dan mineral untuk mencegah defisiensi.

Dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan di The Lancet Regional Health Europe, para peneliti menganalisis data dari lebih dari 500.000 orang yang terdaftar di UK Biobank (2009–2022) dan European Prospective Investigation into Cancer and Nutrition (EPIC, 1991–2010).

Hasilnya menunjukkan bahwa orang yang menerapkan cara makan berbasis tumbuhan yang sehat memiliki risiko lebih rendah terkena IBD. Sebaliknya, mereka yang menjalani cara makan berbasis tumbuhan tetapi tinggi makanan olahan justru memiliki risiko lebih tinggi terhadap penyakit ini.

Artikel Lainnya : Pola Makan Sehat untuk Meningkatkan Daya Tahan Tubuh

Tidak Semua Pola Makan Berbasis Tumbuhan Sehat

Meskipun cara makan berbasis tumbuhan umumnya dianggap sehat, penting untuk membedakan antara makanan alami dan makanan olahan. Banyak produk berbasis tumbuhan yang sebenarnya telah diproses secara berlebihan, seperti daging nabati dan minyak olahan, yang dapat mengurangi manfaat kesehatan dari cara makan ini.

Dalam studi ini, para peneliti mengidentifikasi tiga jenis pola makan berbasis tumbuhan:

  1. Pola makan berbasis tumbuhan secara umum – mencakup semua jenis makanan nabati, baik yang sehat maupun tidak sehat.
  2. Pola makan berbasis tumbuhan sehat – menekankan konsumsi makanan nabati padat nutrisi seperti biji-bijian utuh, buah, sayuran, kacang-kacangan, serta protein nabati seperti tahu dan tempe. Kopi dan teh juga termasuk dalam kategori ini. Sebaliknya, makanan seperti biji-bijian olahan, kentang goreng, minuman manis, dan makanan penutup diberi skor negatif.
  3. Pola makan berbasis tumbuhan tidak sehat – menekankan konsumsi makanan nabati yang kurang bergizi, sementara makanan nabati yang lebih sehat mendapatkan skor negatif.

Dalam penelitian ini, setiap cara makan diberikan skor berdasarkan tingkat konsumsi. Asupan tertinggi diberi nilai 5, sedangkan yang terendah diberi nilai 1.

Para peneliti juga menilai cara makan omnivora yang sehat, yang mencakup konsumsi produk hewani seperti susu, telur, ikan, dan makanan laut dalam jumlah yang seimbang.

Diet Berbasis Tumbuhan Sehat dan Diet Omnivora Sehat Sama-sama Menurunkan Risiko IBD

Para peneliti menyimpulkan bahwa cara makan berbasis tumbuhan yang sehat dikaitkan dengan penurunan risiko IBD serta kebutuhan akan tindakan bedah akibat penyakit ini. Namun, pola makan omnivora yang sehat juga menunjukkan manfaat yang setara dalam menurunkan risiko IBD.

Kelsey Costa, MS, RDN, seorang ahli gizi terdaftar yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengomentari temuan tersebut:

“Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola makan omnivora yang sehat, yang mencakup konsumsi tumbuhan, produk susu, telur, ikan, dan makanan laut, dapat memiliki hubungan yang sedikit lebih kuat dengan pencegahan IBD setelah memperhitungkan asupan serat makanan.”

Namun, dia juga menambahkan bahwa cartel4d ini tidak berarti satu pola makan lebih baik daripada yang lain, karena keduanya dapat memberikan manfaat melalui mekanisme yang berbeda.

Studi ini juga menemukan bahwa pada orang yang sudah didiagnosis dengan IBD, pola makan berbasis tumbuhan yang sehat dapat mengurangi kemungkinan kondisi tersebut berkembang menjadi lebih parah dan membutuhkan tindakan bedah.

Mengapa Pola Makan Ini Dapat Mengurangi Risiko IBD?

Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pola makan vegan dapat dikaitkan dengan tingkat inflamasi yang lebih rendah dibandingkan dengan pola makan vegetarian. Dalam studi ini, para peneliti menyarankan bahwa efek perlindungan dari pola makan berbasis tumbuhan yang sehat mungkin sebagian, tetapi tidak sepenuhnya, dimediasi oleh peradangan.

Selain itu, manfaat pola makan ini tampaknya lebih besar pada individu yang memiliki risiko genetik sedang hingga tinggi untuk mengembangkan IBD.

Dr. Ashkan Farhadi, seorang gastroenterolog bersertifikat, menjelaskan bahwa mikrobioma usus dapat menjadi penghubung antara pola makan dan peradangan:

“Salah satu teori menyatakan bahwa makanan nabati olahan dapat memberi makan mikroba tertentu dan mengubah flora usus. Ketidakseimbangan dalam mikrobioma ini dapat menyebabkan penyakit.”

Sebaliknya, makanan nabati yang tidak diproses mendorong pertumbuhan mikroba yang lebih menguntungkan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesehatan usus.

Kesimpulan

Penelitian ini menegaskan bahwa pola makan yang kaya akan makanan nabati padat nutrisi dapat membantu mengurangi risiko IBD dan memperlambat perkembangannya bagi mereka yang telah terdiagnosis.

Namun, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memahami secara lebih mendalam bagaimana berbagai cara makan memengaruhi risiko IBD dan perkembangannya. Yang jelas, cara makan sehat yang kaya akan makanan nabati bergizi sangat penting untuk kesehatan secara keseluruhan.