Levotiroksin

Levotiroksin, salah satu obat yang paling sering diresepkan di Amerika Serikat, digunakan untuk mengatasi hipotiroidisme—kondisi ketika kelenjar tiroid kurang aktif. Meskipun obat ini membantu mengembalikan fungsi tiroid yang normal, penelitian terbaru menunjukkan adanya risiko efek samping, terutama hilangnya massa dan kepadatan tulang pada orang dewasa yang lebih tua dengan fungsi tiroid normal.

Sebuah studi yang dipresentasikan pada Pertemuan Tahunan Masyarakat Radiologi Amerika Utara (RSNA) pada 25 November 2024 menyoroti masalah ini. Penemuan tersebut memicu diskusi baru tentang pentingnya pengawasan ketat dalam pemberian resep levotiroksin, khususnya pada kelompok usia lanjut.


Peran Kelenjar Tiroid dalam Kesehatan

Kelenjar tiroid, terletak di bagian depan leher, memainkan peran penting dalam mengatur metabolisme tubuh, suhu, fungsi jantung, dan perkembangan anak. Hormon utama yang dihasilkan adalah triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4), yang dipicu oleh hormon perangsang tiroid (TSH) yang diproduksi oleh kelenjar pituitari di otak.

Ketidakseimbangan hormon tiroid dapat menyebabkan berbagai gejala.

  • Hipotiroidisme (tiroid kurang aktif) memicu kelelahan, penambahan berat badan, kepekaan terhadap dingin, dan masalah kognitif.
  • Hipertiroidisme (tiroid terlalu aktif) dapat menyebabkan penurunan berat badan, detak jantung cepat, kecemasan, dan tekanan darah tinggi.

Untuk kasus hipotiroidisme, levotiroksin biasanya menjadi pengobatan utama. Namun, penggunaannya yang meluas kini mendapat perhatian lebih, terutama pada efek jangka panjangnya terhadap kesehatan tulang.


Levotiroksin dan Risiko Kesehatan Tulang

Penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Johns Hopkins menemukan hubungan yang mengkhawatirkan antara penggunaan levotiroksin dan hilangnya massa tulang. Studi ini melibatkan 81 peserta berusia 65 tahun ke atas dengan kadar TSH normal.

Metode penelitian:

  • Peserta dibagi menjadi kelompok pengguna levotiroksin dan kelompok kontrol yang disesuaikan berdasarkan faktor usia, jenis kelamin, BMI, dan gaya hidup.
  • Massa dan kepadatan tulang diukur menggunakan Dual-Energy X-ray Absorptiometry (DEXA) selama dua kali kunjungan dengan interval enam tahun.

Hasil:
Pengguna levotiroksin menunjukkan penurunan massa dan kepadatan tulang yang lebih besar dibandingkan kelompok kontrol, meskipun dosisnya sesuai. Temuan ini menunjukkan bahwa obat ini berpotensi meningkatkan risiko osteoporosis, terutama pada kelompok usia lanjut.


Apakah Levotiroksin Terlalu Sering Diresepkan?

Pemberian resep levotiroksin yang luas menimbulkan pertanyaan apakah penggunaannya terlalu berlebihan. Dalam sebuah surat tahun 2023 yang diterbitkan di Clinical Chemistry, para peneliti mencatat bahwa fluktuasi musiman kadar TSH sering diabaikan saat mendiagnosis hipotiroidisme.

  • Hipotiroidisme subklinis: Kondisi di mana TSH sedikit meningkat dan T4 sedikit menurun. Dalam banyak kasus, pasien ini diberikan levotiroksin meskipun manfaatnya tidak selalu jelas.
  • Fluktuasi musiman: Kadar TSH cenderung meningkat di musim dingin dan turun di musim panas, sehingga pengukuran pada waktu tertentu dapat memengaruhi diagnosis.

Penggunaan levotiroksin yang tidak diperlukan dapat menyebabkan efek samping yang dapat dihindari, seperti kehilangan tulang, kecemasan, atau detak jantung cepat.

Artikel Lainnya : Manfaat Aktivitas Fisik


Mengurangi Risiko: Depreskripsi sebagai Solusi

Jika pasien mengalami efek samping, seperti kehilangan massa tulang, penghentian resep (depreskripsi) dapat menjadi opsi. Menurut Dr. Sue Clenton, seorang konsultan onkologi klinis, depreskripsi melibatkan pengurangan dosis secara bertahap di bawah pengawasan medis untuk memastikan fungsi tiroid tetap stabil.

Kapan depreskripsi diperlukan?

  • Jika pasien mengalami efek samping seperti pengeroposan tulang atau kecemasan.
  • Jika fungsi tiroid pasien kembali normal berdasarkan hasil tes darah.

Langkah untuk Mengelola Kesehatan Tiroid dan Tulang

Orang dewasa yang lebih tua perlu bekerja sama dengan penyedia layanan kesehatan untuk memastikan penggunaan levotiroksin yang tepat. Berikut beberapa langkah praktis:

  1. Pemantauan Rutin: Jadwalkan tes darah untuk memantau kadar TSH, T3, dan T4 secara berkala.
  2. Memperhatikan Musim: Pertimbangkan fluktuasi musiman dalam kadar TSH saat mengevaluasi kebutuhan pengobatan.
  3. Dukungan Nutrisi: Konsumsi makanan kaya kalsium dan vitamin D untuk menjaga kesehatan tulang.
  4. Komunikasi Aktif: Diskusikan kekhawatiran dan efek samping dengan dokter.

Pentingnya Penelitian Lanjutan

Sebagai obat yang sering diresepkan, levotiroksin memiliki manfaat yang jelas dalam mengatasi hipotiroidisme. Namun, temuan terbaru menyoroti perlunya penelitian lebih lanjut untuk memahami dampaknya pada kesehatan tulang, terutama pada orang dewasa yang lebih tua.

Penelitian tambahan juga dapat membantu dokter mengembangkan pendekatan yang lebih individual untuk pasien, sehingga manfaat maksimal dapat diperoleh dengan risiko minimal.


Kesimpulan

Levotiroksin tetap menjadi pengobatan utama untuk hipotiroidisme, tetapi efek samping potensialnya, seperti hilangnya massa tulang, menekankan perlunya praktik pemberian resep yang lebih hati-hati.

Dengan pendekatan yang dipersonalisasi dan edukasi pasien, risiko dapat diminimalkan, dan kesehatan tiroid serta tulang dapat dikelola dengan lebih baik. Tetap waspada dan proaktif adalah kunci untuk mendukung kualitas hidup yang optimal bagi orang dewasa yang lebih tua.

Baca Juga : Seputar Mimpi